Oleh: Ninok Leksono
KETIKA Orville dan Wilbur Wright berhasil menerbangkan pesawat hasil rekayasanya sendiri pada tanggal 17 Desember 1903, maka terciptalah sebuah sejarah besar. Mungkin tanpa disadari keduanya, penemuan mereka kemudian melahirkan industri yang-lebih daripada yang lain-memberi bentuk abad ke-20. Atas prestasinya itu, keduanya tentu saja masuk dalam Balai Agung
Prestasi Sejarah.
SELAIN itu, fakta bahwa penerbangan-dari pesawat Flyer Wright Bersaudara sampai dengan zaman penerbangan ruang angkasa berawak-hanya terentang selama satu masa hidup, boleh jadi merupakan pencapaian manusia yang paling mengesankan.
Prestasi tersebut membuat kita sulit membayangkan, mengapa pionir-pionir sebelum Wright Bersaudara perlu menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menciptakan mesin terbang yang toh gagal terbang. Melanjutkan ungkapan penulis penerbangan Bill Gunston, sulit juga kita membayangkan mengapa ada orang-orang yang gagah berani melompat dari bangunan tinggi sambil mengepak-ngepakkan sayap yang dibuat di rumah.
Sekarang, apa yang dulu merupakan hal yang dianggap tidak mungkin itu telah menjadi hal biasa. Terbang sudah menjadi hal rutin dan caranya sudah bukan hal rumit lagi. Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, pesawat terbang berevolusi menjadi bentuk terkemuka transportasi udara, membawa penumpang ke tempat-tempat yang sebelumnya mungkin terlampau jauh untuk didatangi, dan mempertemukan umat manusia yang berbeda-beda kebangsaannya. Bisnis, turisme, militer telah banyak mengalami perubahan fundamental karena dukungan penerbangan.
Sebagai satu dunia yang dinamis, penerbangan membukukan pencapaian demi pencapaian secara dramatik. Pesawat terbang mengalami perkembangan sangat cepat di berbagai seginya dibandingkan dengan alat transportasi lain. Dari hanya bisa terbang sejauh sekitar 280 meter selama 59 detik dan setinggi beberapa meter dalam penerbangan terakhir Wright Bersaudara 17 Desember 1903, pesawat terbang modern seperti Airbus A-340-500 bisa terbang nonstop selama 17 jam, menjadikannya pesawat penumpang komersial yang berjelajah paling jauh.
Dalam lingkup pesawat eksperimental, pesawat Voyager rancangan Burt Rutan menjadi pesawat satu-satunya yang bisa terbang mengelilingi dunia tanpa henti. Penerbangan yang dipiloti oleh Jeana Yeager dan Dick Rutan dimulai 14 Desember 1986 dan berakhir dengan Voyager mendarat di titik ia berangkat sembilan hari kemudian setelah menempuh jarak sejauh 42.685 kilometer.
Sementara itu, dalam lomba kecepatan, pesawat yang semula hanya berkecepatan sekitar 100 km/jam lalu menjadi ratusan, berikutnya bisa mencapai kecepatan bahkan ribuan kilometer per jam. Tonggak kecepatan ini dicapai tanggal 14 Oktober 1947 ketika Kapten AU AS Charles E "Chuck" Yeager dengan pesawat Bell X-1 berhasil menembus dinding suara dan lalu terbang dengan kecepatan melebihi kecepatan suara.
Pencapaian baru di bidang kecepatan ini lalu diaplikasikan pada pesawat tempur. Tanggal 26 April 1948 pilot penguji George Welch berhasil membawa pesawat Sabre yang waktu itu masih baru dengan kecepatan lebih dari Mach 1. Pesawat militer supersonik pertama yang diproduksi secara massal adalah MiG-19.
Kecepatan tertinggi dalam pesawat-pesawat eksperimental dicapai oleh pesawat X-15A2 buatan North American yang juga mendapat tenaga roket sehingga bisa dicapai ketinggian dan kecepatan fenomenal: pada tanggal 22 Agustus 1963 pilot Joe Walker berhasil mencapai ketinggian 354.200 kaki (lebih dari 107.000 meter) dan 3 Oktober 1967 Mayor Pete Knight mencapai kecepatan Mach 6,72 (sekitar 7.000 km/jam).
Dalam hal kecepatan, tentu saja orang tak bisa melupakan pesawat mata-mata Amerika SR-71 Blackbird. Rekor yang dibuat pesawat ini adalah Mach 3,32 pada ketinggian lebih dari 85.000 kaki (sekitar 27 km). Pesawat itu sendiri dirancang untuk bisa terbang Mach 4 pada ketinggian 120.000 kaki (hampir 40 km), namun sebagai pesawat mata-mata memang kemampuan sebenarnya banyak dirahasiakan. Hanya saja dalam salah satu wawancara penulis dengan awak pesawat ini di Pangkalan AU Amerika di Mildenhall, Inggris, disebutkan bahwa di ketinggian jelajahnya pilot pesawat ini bisa melihat lengkungan Bumi.
Jadi, pesawat terbang telah membawa manusia ke ketinggian-ketinggian yang sebelumnya tidak pernah dicapai. Bagi mereka yang pernah menikmati penerbangan jet supersonik Concorde, ketinggian 60.000 kaki (18 km) yang dicapai pesawat ini, yang diterbangi dengan kecepatan di atas Mach 2, telah memberikan sensasi istimewa: melihat langit di luar yang berwarna ungu-biru kegelapan, dengan awan putih tampak jauh di bawah sana, sementara pramugari menyajikan sampanye dan lobster.
Bila Concorde yang kini telah pensiun menawarkan kecepatan dan kemewahan terbang, generasi pesawat penumpang berikut bakal memuncaki kecenderungan lain yang telah berkembang sebelum ini, yakni badan lebar jumbo. Tidak berhenti pada pesawat yang bisa mengangkut 100 sampai 300 penumpang, pabrik Boeing dan Airbus terus berlomba membuat pesawat jumbo lebih modern.
Dua tahun dari sekarang superjumbo Airbus A-380 yang berkapasitas 550 penumpang akan muncul. Pesawat dua dek ini tidak saja banyak menuntut penyesuaian dalam terminal keberangkatan di bandara, tetapi juga-seperti tergambar dalam desain interiornya-akan menawarkan kenyamanan terbang baru. Namun, di luar kapasitas yang bertambah banyak, jelajah lebih jauh, penggunaan bahan bakar lebih efisien, A-380 masih akan terbang dalam kecepatan subsonik sekitar 900 km/jam dan desain dasar yang, menurut National Geographic (12/03), diterapkan Boeing pada jet 707 setengah abad silam.
Satu hal penting lain yang perlu dikemukakan menyangkut pesawat penumpang ini adalah industri angkutan udaranya. Memang di atas telah disinggung bahwa kehadiran pesawat terbang yang semakin banyak, berjelajah jauh, mampu mengangkut banyak penumpang, telah mengubah secara mendalam mobilitas dan aktivitas manusia, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun global.
Namun, demikian dalam beberapa tahun belakangan juga diamati adanya penurunan perekonomian yang berdampak pada industri angkutan udara, seperti diperlihatkan oleh adanya PHK dan kebangkrutan. Kekhawatiran terhadap terorisme, khususnya semenjak terjadinya serangan 11 September 2001, yang setelah itu diikuti oleh rangkaian aksi terorisme lain, dan juga perang untuk melawannya di Afganistan, lalu perang lain di Irak, menambah buruk situasi. Dan semua itu masih ditambah buruk oleh merebaknya wabah seperti yang sudah diperlihatkan secara spektakuler oleh SARS.
Tetapi, semua gambaran pesimistis di atas belumlah seluruh sisi penerbangan komersial. Bagaimana pun sejak tahun 1980 angkutan penerbangan tumbuh dengan laju lima persen per tahun. Kini, setelah berbagai topan dan badai, tidak sedikit pengamat yang punya optimisme bahwa laju setingkat itu akan bisa dicapai kembali.
DALAM bidang militer, meski pesawat terbang telah mulai dipergunakan untuk peperangan dalam Perang Dunia I, mungkin masih dalam wujud dan peran sederhana dan lalu semakin meningkat dalam perang-perang selanjutnya, dua Perang Irak benar-benar merevolusi penggunaannya.
Dilatarbelakangi oleh kekhawatiran kehilangan prajurit manakala di awal perang harus dikerahkan ke medan tempur garis depan, AS memang lalu benar-benar mengandalkan kekuatan udara dalam perang-perang modern yang dilancarkannya, baik dalam Perang Teluk 1991, di Bosnia, di Afganistan, dan terakhir kembali di Irak bulan Maret 2003 lalu.
Bagi AS, penggunaan kekuatan udara secara besar-besaran tidak menjadi soal karena selain adidaya ini memiliki armada dalam jumlah sangat besar, sebagian besar pesawatnya merupakan produk mutakhir, mengungguli semua pesawat negara yang selama ini diperanginya. Dalam arsenalnya ada penyerang siluman (tidak kasat radar, stealth) F-117A Nighthawk, juga ada pengebom dengan teknologi sejenis, B-2 Spirit, yang bisa menjangkau titik mana pun di Bumi dalam tempo beberapa jam, serta masih banyak lagi deretan kekuatan udara yang bisa ia kerahkan melalui kemampuan pengerahan kekuatan (power projection) dengan kapal induk.
Apa yang dilakukan AS meskipun secara politik masih terus diperdebatkan hingga hari ini mengenai bermoral-tidaknya, secara doktrinal hal itu nyata-nyata telah paripurna mengikuti apa yang di awal abad ke-20 dikuliahkan oleh pemikir kekuatan udara (air power), seperti Giulio Douhet, William Mitchell, Alexander Seversky, dan Hugh Trenchard.
Sebagai adidaya paripurna-politik-ekonomi-teknologi-militer-AS dalam posisi untuk membangun angkatan udara yang tangguh, tidak saja kemarin, hari ini, tetapi juga masa depan. Sementara itu, hari ini F-15 Eagle masih diakui kehebatannya sebagai pesawat keunggulan udara (air superiority), AS sudah mempersiapkan F-22 Raptor yang disebut akan meredefinisi pesawat tempur dan perang udara.
Tidak banyak memang negara yang bisa seberuntung AS. Ambil contoh Indonesia sendiri. TNI AU sudah berusia 58 tahun, tetapi-justru di tengah kemajuan teknologi kekuatan udara yang sedemikian pesat-peralatannya masih dan tetap jauh dari memadai, jumlahnya sedikit daripada seharusnya, dan-setidaknya sampai datangnya jet Sukhoi Su-30MK-dari yang sedikit tersebut juga berasal dari teknologi hari kemarin dan sebagian tidak dapat terbang.
Memang satu hal yang bersifat ironi bahwa meski semakin diakui peranannya dalam perang modern, kekuatan udara sulit dibangun karena sejumlah faktor: harga perangkatnya supermahal, teknologinya rumit sehingga menuntut SDM canggih dan biaya operasional dan pemeliharaannya tinggi.
PENERBANGAN juga memberi kesempatan pada masyarakat luas untuk menikmati keluwesan penggunaannya. Dalam kategori general aviation, terentang berbagai pemanfaatan luas pesawat, baik untuk riset, pertolongan medik, bisnis, dan lainnya. Bagi mereka yang gemar advontur atau sport, banyak pula pabrik yang menyediakan pesawat untuk keperluan itu. Untuk sport pun, pembuat benar-benar memikirkan desain yang-ditopang oleh pilot pemberani dan jagoan-bisa mewujudkan impian menjadi juara aerobatik. Pesawat Su-26, 29, dan 31 adalah pengantar juara dunia untuk jenis ini.
Business jet, seperti yang dibuat oleh Gulstream atau Dassault, bisa disebut sebagai jenis pesawat lain yang ikut meramaikan udara dewasa ini.
Bersama dengan pesawat latih, baik untuk tempur maupun komersial, atau untuk menjadi astronaut, pesawat pemadam kebakaran hutan, pesawat patroli juga merupakan produk yang sering ditemui ketika orang memperingati 100 tahun penerbangan.
Namun, di tengah pencapaian yang amat banyak tersebut, umat manusia terus melakukan berbagai riset untuk membuat pesawat-pesawat baru yang memiliki kemampuan unik.
Bila Airbus sedang mempersiapkan pemunculan A-380, di meja desain kini sudah mulai dipikirkan pesawat yang tidak saja supersonik, tetapi hipersonik, yakni pesawat yang kecepatannya di atas Mach 5 (6.000 km/jam ke atas). Pesawat yang bisa mencapai titik mana pun di planet Bumi dalam tempo kurang dari empat jam ini dibayangkan bisa membawa seseorang yang baru sarapan di New York bersantap siang di Tokyo. (The Great Technology Race, James B Edwards, 1993)
Dengan impian ini, manusia seperti diwakili oleh perancang pesawat Burt Rutan dengan SpaceShipOne juga mempersiapkan bisa membuat pesawat yang bahkan bisa membawa mereka ke ruang angkasa.
Jadi, dilihat dari sudut pandang mana pun, penerbangan tatkala memasuki abad keduanya membuka kemungkinan yang tidak terbatas. Bisa dikatakan, batas yang ada barangkali adalah imajinasi para perancang visioner.…
UNTUK mengenang berbagai kemajuan penerbangan selama 100 tahun itulah, dalam Fokus Kompas kali ini dicoba direkam kembali garis besar pencapaian manusia di bidang yang diawali dengan penuh keberanian oleh para pelopornya.
Setelah tulisan pengantar di halaman ini, tulisan di halaman 46 menuturkan kembali berbagai upaya yang ditempuh oleh para perintis yang berpuncak pada penerbangan Wright Bersaudara.
Di halaman 47 dibahas perkembangan yang terjadi menyusul penerbangan Wright Bersaudara, khususnya yang mengarah pada terbentuknya industri angkutan udara dan juga yang mengarah pada pemanfaatan pesawat untuk tujuan militer. Halaman 48 berisi tulisan yang membicarakan helikopter dan pesawat dengan desain tidak biasa.
Isi tulisan di halaman 49 membahas pencapaian dalam industri pembuatan pesawat angkut penumpang dan pada halaman 50 menyoroti masalah pengembangan kekuatan udara. Sedang Tulisan di halaman 51 menyoroti berbagai ide yang kini muncul dalam dunia penerbangan, dan akhirnya pada halaman 52 Fokus menuliskan kronologi penerbangan.
Tentu saja kedelapan tulisan tersebut masih jauh dari mencukupi untuk membahas keseluruhan detail pencapaian penerbangan selama 100 tahun pertama.
Namun, diharapkan tulisan-tulisan tersebut dapat memberi gambaran umum tentang dunia yang telah banyak memberi warna pada perkembangan peradaban manusia ini.
Sumber: Kompas, Sabtu, 13 Desember 2003.